Jualan Sejak Zaman Orde Lama, Kuliner di Gang Buatan Adik Yu Djum Ini Ludes Dalam 2 Jam
PelangiQQ - Yogyakarta merupakan salah satu destinasi wisata favorit banyak orang.
Jualan Sejak Zaman Orde Lama, Kuliner di Gang Buatan Adik Yu Djum Ini Ludes Dalam 2 Jam
Jualan Sejak Zaman Orde Lama, Kuliner di Gang Buatan Adik Yu Djum Ini Ludes Dalam 2 Jam |
Selain situs bersejarah dan pemandangan alam yang indah, Yogyakarta juga punya segudang pilihan kuliner yang enak.
Ada banyak kuliner khas Yogyakarta yang sayang untuk dilewatkan. Salah satu menu yang bisa Anda pilih adalah gudeg.
Gudeg terbuat dari olahan nangka muda yang dimasak dengan gula, santan, dan bumbu lainnya. Kalau mau lebih lengkap, gudeg biasanya disajikan dengan berbagai lauk pauk seperti telur, ayam, tahu, dan sambal krecek sebagai pelengkapnya.
Nah, salah satu gudeg yang melegenda di Yogyakarta adalah gudeg Yu Hadi. Warung gudeg yang letaknya di Gang Kauman (depan musala 'Aisyiyah ini) sudah berdiri sejak tahun 1954. Karena letaknya di tengah rumah penduduk, mau tidak mau harus matikan dan berkendara. sepeda motor kalau ke warung gudeg Yu Hadi.
Jualan Sejak Zaman Orde Lama, Kuliner di Gang Buatan Adik Yu Djum Ini Ludes Dalam 2 Jam |
Meski berdomisili di Jalan Kaliurang, Yu Hadi tetap memilih berjualan gudegnya di Gang Kauman. Menurutnya, tempat ini menawarkan ketenangan, bebas debu, dan terhindar dari kebisingan kota Jogja.
Mungkin banyak orang yang masih asing mendengar nama Yu Hadi. Padahal, Yu Hadi merupakan adik dari Yu Djum, salah satu pionir gudeg di Yogyakarta.
“Yu Djum itu adik saya, dia jualan gudeg yang sama,” jelas perempuan berusia 88 tahun itu.
Baca Juga :
Ia mengatakan, gudeg merupakan makanan yang sudah turun temurun dijual di keluarganya. Mulai dari ibunya hingga kedua saudaranya yang lain.
Meski resep gudeg keluarganya sama, namun cita rasa gudeg yang dijual Yu Hadi memiliki ciri khas tersendiri. Gudeg Yu Hadi memiliki tampilan yang lebih kering dan rasa gurih dibandingkan gudeg Yu Djum. Sehingga cocok dikonsumsi oleh pembeli yang tidak terlalu menyukai rasa manis.
Hal serupa juga disampaikan oleh seorang pembeli bernama Ibu Endang. Mengaku tak terlalu menyukai makanan yang terlalu manis, ia rela menempuh perjalanan cukup jauh dari rumahnya hanya untuk membeli gudeg Yu Hadi tersebut.
“Karena keluarga saya kurang suka gudeg yang manis-basah, jadi saya sudah lama rutin kesini,” ujarnya sambil menerima kantong plastik gudeg yang sudah disiapkan.
Meski sudah banyak yang membelinya, namun warung gudeg Yu Hadi tetap terlihat sederhana. Tidak ada kursi atau meja yang berjejer layaknya warung makan. Hanya ada satu meja kayu yang terdiri dari pot-pot besar berisi gudeg.
Gudeg yang dijual Yu Hadi bisa disesuaikan dengan selera pembeli. Paket gudeg lengkap yang terdiri dari nasi, gudeg, ayam, telur, ayam, dan sambal krecek dibanderol dengan harga Rp 30.000. Sedangkan jika hanya membeli gudeg atau lauk pauk, harganya berkisar Rp 25.000-Rp 50.000, tergantung porsinya.
Jualan Sejak Zaman Orde Lama, Kuliner di Gang Buatan Adik Yu Djum Ini Ludes Dalam 2 Jam |
Yu Hadi sengaja tidak membuka cabang gudeg, melainkan hanya menjualnya di Gang Kauman. Setiap hari, ia memasak sendiri gudeg yang ia jual. Untuk menjaga kualitas rasanya, gudeg tetap dimasak di atas kayu bakar.
“Kalau ayamnya direbus sampai empuk, baru setelah magrib dimasak lagi dengan menggunakan bumbu,” jelas putra Yu Hadi yang enggan disebutkan namanya.
Karena dimasak dalam waktu lama, bumbu gudeg Yu Hadi pun terserap sempurna. Tak heran jika lapak Yu Hadi selalu dipenuhi antrean pembeli. Bahkan biasanya gudegnya ludes hanya dalam waktu 2 jam saja.
“Jam 6 belum buka, kalau ramai seperti hari ini, jam 8 sudah packing dan pulang karena habis semua,” kata putra Yu Hadi yang mengenakan jilbab berwarna merah muda.
Post a Comment