Minuman Bunga Tahu yang pertama di Jogja, yang tadinya sehari 3 porsi, kini 300 mangkok Hanya beberapa jam

PelangiQQ - Jauh sebelum berjualan tahu wedang, perempuan bernama asli Karsilah ini sudah menjajal beberapa usaha.

Minuman Bunga Tahu yang pertama di Jogja, yang tadinya sehari 3 porsi, kini 300 mangkok Hanya beberapa jam

Minuman Bunga Tahu yang pertama di Jogja, yang tadinya sehari 3 porsi, kini 300 mangkok Hanya beberapa jam
Minuman Bunga Tahu yang pertama di Jogja, yang tadinya sehari 3 porsi, kini 300 mangkok Hanya beberapa jam

Gudeg bukan satu-satunya rekomendasi kuliner khas kota pelajar Jogja. Ada berbagai jenis makanan unik yang ditawarkan. Salah satunya wedang tahu Bu Kardi yang disebut-sebut sebagai pionir minuman bunga tahu di kota Jogja. 

Julukan tersebut dibenarkan oleh Ibu Sukardi, seorang penjual wedang tahu saat pelangiqqceria mengunjungi warung kecilnya yang terletak di Jalan Asem Gede, Cokrodiningratan, Jetis, Yogyakarta. “Iya, saya baru pertama kali ke Jogja. Sekarang ada 4 tempat,” jelasnya kepada pelangiqqceria.

Minuman Bunga Tahu yang pertama di Jogja, yang tadinya sehari 3 porsi, kini 300 mangkok Hanya beberapa jam
Minuman Bunga Tahu yang pertama di Jogja, yang tadinya sehari 3 porsi, kini 300 mangkok Hanya beberapa jam

Baca Juga : 

Perempuan berusia 56 tahun ini mengaku sudah berjualan minuman berbahan dasar kedelai dan jahe sejak tahun 2007 dan kini kiosnya ada di empat tempat berbeda. Selain di Jalan Asem Gede, pagi hari mulai pukul 06.30 WIB ia berjualan di sekitar Pasar Pathuk, Malioboro. 

Sementara siang hingga malam, ia berjualan di berbagai tempat, yakni di dekat perempatan Mirota Kampus dan di Jalan Menteri Supeno Umbulharjo (sebelah barat XT Square). “Sore di sana buka pukul 17.00 hingga 22.00 malam,” ujarnya.

Jauh sebelum berjualan tahu wedang, perempuan bernama asli Karsilah ini sudah menjajal beberapa usaha. Selain berjualan ayam di Pasar Kranggan, ia juga pernah berjualan sayur mayur, khususnya petai di Pasar Demangan, Yogyakarta. Namun petai yang dijualnya hanya datang secara musiman. Kalau sedang musim bisa jual banyak, tapi kalau tidak musim susah jualan dan sering merugi. 

Ide berjualan tahu wedang akhirnya muncul ketika putra sulungnya bercerita tentang minuman yang dibelinya di Malaysia saat ia sedang bekerja. Ibu dua anak ini mengungkapkan, putranya yang saat itu bekerja sebagai buruh migran di sebuah pabrik meyakinkannya untuk mencoba berjualan minuman berbahan dasar bunga tahu. 

Karsilah dan suaminya, Sukardi, yang nama dagangnya ikonik, tertantang untuk membuat minuman seperti resep yang dikirimkan putrinya. Namun, ia tidak serta merta menjual tahu wedang sesuai resep yang sama persis dengan yang diberikan putranya. 

"Resepnya aku dapat dari anakku. Lalu aku mencobanya, beberapa kali, tidak hanya sekali dua kali. Berulang kali sampai ketemu resep yang pas. Pas," imbuhnya.

Namun perkiraannya salah. Bukannya laris manis, di awal penjualan, pasangan suami istri ini justru merugi banyak. Titik balik penjualan terjadi satu tahun kemudian, yaitu pada tahun 2008 ketika pelanggan membeli tahu wedang kemudian memposting foto atau video ke media sosialnya. Era media sosial yang semakin masif membuat banyak orang melirik bisnisnya.

Minuman Bunga Tahu yang pertama di Jogja, yang tadinya sehari 3 porsi, kini 300 mangkok Hanya beberapa jam
Minuman Bunga Tahu yang pertama di Jogja, yang tadinya sehari 3 porsi, kini 300 mangkok Hanya beberapa jam

Masyarakat kini semakin mengenal wedang tahu Bu Kardi. Hal itu diakui Faya (26), seorang pegawai di Jogja yang mengetahui minuman wedang tahu dari laman media sosial TikTok. “Ini bermula karena teman saya suka beli di sana. Lalu belakangan ini TikTok sedang ramai dengan jajanan wedang tahu di Asem Gede,” ujarnya.

Minuman Bunga Tahu yang pertama di Jogja, yang tadinya sehari 3 porsi, kini 300 mangkok Hanya beberapa jam
Minuman Bunga Tahu yang pertama di Jogja, yang tadinya sehari 3 porsi, kini 300 mangkok Hanya beberapa jam

Baru pertama kali mencicipinya, menurutnya rasa wedang tahu Bu Kardi cukup unik di lidahnya. Tidak terlalu manis tapi rasa kuah jahenya sangat kuat. “Enak, aku suka kuahnya, khas wedang jahe pada umumnya, tapi pas dicoba diluar ekspektasi. Aku selalu membayangkan mirip bubur sumsum, tapi ternyata beda banget,” tambah Faya. 

Kalau dulu jualan tahu wedang cukup sulit, kini laris manis. selalu habis. Bahkan, menjelang siang hari penjualannya sudah ludes. Saat brilio.net datang ke warung pada pukul 09.30 WIB, belum genap satu jam, wedang tahu Bu Kardi sudah habis. 

Terungkap, dalam sehari ia mampu menjual 200-300 porsi. "Senin-Jumat saya libur. Selasa-Jumat saya bawa tiga periuk, sekitar 200 mangkok, Sabtu-Minggu bisa 250 sampai 300 mangkok atau lebih," ujarnya. 

Sudah berjualan selama 16 tahun, trik yang selalu dilakukannya sebagai penjual agar pembeli tertarik datang kembali adalah dengan mengetahui apa yang diinginkan pelanggannya. Apakah Anda ingin sedikit saus atau menambahkan lebih banyak tahu putih susu. Jadi, dengan begitu pembeli akan merasa nyaman membeli. 

Tak hanya itu, ia juga menawarkan harga yang relatif ramah di kantong sehingga jauh dari kesan minuman dibanderol dengan harga yang terlalu mahal. Untuk satu porsinya bisa dibeli seharga Rp 8.000.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.