Sudah Lama Tinggal di Kontrakan Tua, Akhirnya Mereka Berkenalan
Kisah horor viral di media sosial Instagram kali ini dibagikan oleh akun @mitrapelangiqq
Dalam unggahannya itu, Vini menceritakan jika cerita tersebut merupakan kisah nyata yang dialaminya. Vini adalah seorang wanita yang sekarang tinggal di kota kecil Jawa Barat. Dia harus pindah ke Kota Kembang itu untuk menuntut Ilmu di salah satu universitas ternama di sana.
Saat pindah ke Bandung, Vini pergi bersama ayahnya.Ayahnya mengantarkan Vini ke rumah kontrakan yang akan dihuni oleh Vini selama menuntut ilmu.
PelangiQQ- Di kontrakan itu, Vini juga akan tinggal bersama dua orang saudara sepupunya yang juga menuntut ilmu di tempat dan angkatan yang sama dengannya.
Saudara tertua bernama Khezia dan saudara yang lebih tua dari Vini bernama sherlin, Vini merupakan yang paling kecil dari mereka bertiga, maklum baru lulus SMA tahun yang sama.
Selama dua setengah jam di perjalanan, akhirnya dia tiba di Kota Bandung.
Ini adalah pertama kali Vini tinggal jauh dari orang tuanya. Perasaan campur aduk tentu dirasakan Vini.
Setelah mobil terparkir, Vini bergegas turun dan mengambil barang-barang bawaan nya.
Sembari mengangkat bawaan, Vini dan ayah langsung menyusuri sebuah gang kecil.
Berjalan sedikit jauh ke dalam dan sampailah mereka di depan kontrakan itu.
Assalamu’alaikum! Kami mengucap salam sambil memasuki rumah yang pintunya memang terbuka.
Wa’alaikumsalam, Mang! Sahut A Khezia dan Teh Sherlin.
Tos dugi gening. Sok atuh sakieu ayana, Vin (Udah sampai. Silahkan begini adanya, Vin),Ucap Teh Sherlin kepadaku. Saat itu Vini tersenyum dan mengangguk dan melihat sekelilingnya.
Rumah tersebut adalah rumah tua dengan dua lantai dan sedikit tidak terawat.
Saat itu, Vini memaklumi hal tersebut apalagi budget yang dia miliki untuk menyewa rumah kontrakan sangat terbatas.Tangga menuju lantai dua adalah tangga kayu dengan pegangan kayu. Terlihat asal-asalan dibuatnya.Vini mendekati tangga dan melihat keatas, diujung tangga tersebut adalah tembok, sebelah kiri ada pintu kecil menuju keluar ketempat jemuran dan talang air.
Dan disebelah kanan terdapat ruangan tanpa pintu yang hanya bisa dimasuki dengan cara sedikit membungkuk.Ruangan tersebut tepat berada di atas kamar tidur Vini yang terletak diantara tangga dan kamar Teh Khezia. Kamar Teh Khezia adalah kamar yang paling dekat dengan pintu utama.
Khezia lebih memilih kamar paling ujung di dalam, sekitar tiga langkah dari tangga tepat disebrang dapur yang merupakan akses menuju satu-satunya kamar mandi di rumah itu.Terdapat ruangan kosong yang cukup lebar di depan kamar Vini dan kamar Teh Sherlin dan ruangan ini nantinya akan di jadikan tempat berkumpul dengan alas karpet lusuh.
Lebih lanjut, Vini langsung membenahi barang-barangnya di dalam kamar baru.Ada beberapa noda lembab di dinding berwarna coklat dan sebagian terkelupas.Pantas saja terasa dingin, memang lembab, pikirnya. Tapi sudahlah, tempat ini lumayan nyaman.
Sore telah tiba, ayah Vini pun berpamitan untuk pulang.Dengan berat, Vini melepas kepergiannya karena tak tega membayangkan penghuni rumahnya hanya tinggal Ayah dan Mamahnya saja.Perlu diketahui, kedua kakak Vini sudah memiliki kehidupan masing-masing di luar kota.Tentu sebagai anak bungsu merasa berat untuk meninggalkan orang tuanya.Singkat cerita, satu bulan menempati rumah tersebut, Vini tidak merasakan ada yang aneh.
Atau mungkin Vini mengabaikannya karena sibuk pada ospek dan persiapan kuliah?
Oh ya, Vini bukanlah sosok yang indigo. Namun, dia terkadang bisa merasakan keberadaan makhluk halus di sekitarnya.Sampai pada suatu hari, saat itu kegiatan belajar sudah berjalan dan tugas-tugas mulai berdatangan, Vini harus pulang ke kontrakan sekitar pukul 7 malam dan langsung tertidur. Setelah lama Vini tertidur, dia terbangun dengan keadaan sekelilingnya yang gelap sekali.
Memang kebiasaan Vini saat hendak tidur selalu mematikan lampu kamar, ia tidak bisa tidur dalam kondisi terang.Tapi saat itu benar-benar gelap total dan Vini harus membiasakan matanya dalam gelap. Setelah nyawanya kumpul, Vini baru sadar jika kegelapan ini karena lampu ruangan di depan kamarnya mati.
Biasanya kalo malam lampu tersebut dinyalakan dan cahayanya masuk lewat jendela di atas pintu kamar dan lewat sela-sela pintu yang rapuh. Saat itu, Sarah meraba-raba mencari HP dalam gelapan, ternyata ada telepon dan sms masuk selama dia tidur.Dari kedua saudaranya yang mengabarkan mereka tidak bisa pulang karena mengerjakan tugas kelompok di kost temannya.. Yang berarti, Vini harus sendirian di kontrakan. login PelangiQQ
DEG! Detak jantung Vini saat itu serasa berhenti. Seketika dia mengurungkan diri untuk berdiri. Vini hanya duduk di atas tempat tidur sambil memegang erat selimut. Vini diam dalam posisi waspada, ragu antara yakin mendengar suara tawa dan berusaha meyakinkan diri sendiri bahwa dia hanya salah dengar. Dia terus berusaha fokus, tapi yang didengar hanya hening. Pelan-pelan Vini kembali ke posisi tidur. Berhati-hati sekali seakan-akan membangunkan sesuatu yang dia tak tau apa. Suara langkah kaki kecil berlari melintas di depan kamarnya.
DEG! Detak jantung Vini saat itu serasa berhenti. Seketika dia mengurungkan diri untuk berdiri. Vini hanya duduk di atas tempat tidur sambil memegang erat selimut. Vini diam dalam posisi waspada, ragu antara yakin mendengar suara tawa dan berusaha meyakinkan diri sendiri bahwa dia hanya salah dengar. Dia terus berusaha fokus, tapi yang didengar hanya hening. Pelan-pelan Vini kembali ke posisi tidur. Berhati-hati sekali seakan-akan membangunkan sesuatu yang dia tak tau apa. Suara langkah kaki kecil berlari melintas di depan kamarnya.
Sesekali mendekati ke arah kamar Vini ke arah kamar Teh Sherlin dan berputar lagi.“Hihihihi...” Suara tertawa lirih itu muncul lagi.Kali ini, Vini yakin jika dia tidak salah dengar. Dengan ketakutakan, Vini menutup seluruh tubuhnya dengan selimut sembari memejamkan mata rapat-rapat.Keringat membasahi bajunya.
Saat itu Vin berusaha membaca ayat apapun yang diingatnya. Tapi tidak satupun lancar diucapkannya. Terbesit dalam pikirannya untuk bangun dan menyalakan lampu kamar.
Pikirnya kalau terang dia akan lebih tenang? Tapi disisi lain, Vini merasa takut jika dengan menyalakan lampu dia malah akan melihat sosok-sosok yang sedang mengganggunya.
Entah berapa lama Vini diam dalam posisi yang sama. Tidak bergerak dan suara-suara itu tidak kunjung pergi. dia tidak berani membuka selimut, takut justru mereka akan muncul di depan mukanya. Padahal kondisinya saat itu sudah basah kuyup oleh keringat.
Mungkin karena tubuh Vini lelah setelah tegang dalam waktu lama, akhirnya dia pun tertidur dengan sendirinya. Vini terbangun saat adzan subuh berkumandang, suara-suara aneh itu sudah hilang. Meski sedikit lega karena ada suara-suara orang di gang berjalan menuju masjid untuk salat subuh, tapi rasa takut Sarah masih sangat besar.
Ya.. itu adalah momen pertama Vini ‘berkenalan’ dengan penghuni kontrakan. Walau tidak bertatap muka langsung, tapi perkenalan itu membekas hingga sekarang. dia tidak akan menceritakan kejadian tersebut kepada kedua saudaranya. Bukan apa-apa, Vini sendiri takut menceritakan ulang saat dirinya masih tinggal di rumah itu. Dan mereka mengontrak selama 1 tahun, artinya Vini harus bertahan selama 11 bulan kedepan.
Setelah kejadian itu, dia hanya merasakan beberapa gangguan-gangguan ‘kecil’ menimpanya seperti barang berpindah tempat sendiri, selimut ditarik saat tidur, atau melihat sekelebat bayangan melintas. Singkat cerita, bulan Ramadhan telah datang, gangguan kecil itu mulai berkurang, meski tidak 100 persen hilang. Lebih lanjut, Gerald adalah tetangga Vini yang bertempat tinggal di ujung gang. Dia adalah anak band yang gaul dan cocok berteman dengan Vini karena kepribadiannya yang asyik.
Sejak pertemuan pertama mereka jadi semakin akrab, hingga akhirnya pada suatu malam mereka memutuskan untuk sahur bersama di salah satu kafe di Lembang. “Gerald jemput jam 9 ya, Nong!” Ucap Gerald sebelum menutup telepon. Nong adalah panggilan Vini dari Gerald. Rencana sahur malam ini hanya akan ada mereka berdua karena teman-teman yang lain tidak bisa ikut. Tak masalah, bagi mereka suasana alam terbuka dan hawa yang dingin adalah favorit mereka. Saat itu, Vini baru saja selesai meeting dengan anak-anak band. dia bergabung menjadi salah satu vokalis di band tersebut.
Hobby Vini memang bernyanyi dan kebetulan band Vini dan band Gerald ada dalam satu basecamp. Basecamp yang dimaksud adalah rumah di daerah Buah Batu milik Horis, salah satu personil band. Gerald tidak ikut meeting karena suatu hal. Sehingga dia memutuskan untuk pulang diantarkan oleh drummernya. Sesampainya di rumah, Vini segera berbuka dan salat magrib.
Masih lelah, dia mengunci pintu dan berbaring sambil membaca pesan yang masuk. Dan Vini pun tertidur. Dalam tidurnya, Vini bermimpi bertemu Gerald “Ayok berangkat!” Ajak Gerald. Vini menggeleng enggan pergi, entah kenapa dia tau jika sedang bermimpi. Tiba-tiba Gerald berubah menjadi menyeramkan dan berteriak marah“AYO PERGI!!” teriaknya.
Seketika dia langsung terbangun dari tidur karena kaget. Dan dalam keadaan masih sangat mengantuk, mata Vini tertuju pada seseorang yang duduk menunduk di ujung kasur dekat kakinya. Seorang laki-laki memakai topi mirip Gerald. Mata Vini semakin berat, rasa mengantuknya semakin tak tertahankan. Tidak biasanya dia begitu. dia kemudian menutup matanya dan tiba-tiba ingat jika pintu kamarnya sudah dikunci sebelum Vini tidur! Lalu bagaimana Gerald bisa masuk? Tetoott.. Tetoott.. Suara ringtone HP Sony Ericsson tanda telepon masuk berbunyi.
“Halo? Nong! Gerald bentar lagi jemput! Udah siap kan?” Cecar Gerald bersemangat. “Rald, lo tadi kekamar gue?” Tanya Vini mengabaikan pertanyaan Gerald. “Ga tuh! Gerald baru pulang ini langsung telepon kamu!” Vini diam dengan ngantuk yang mendadak hilang. Vini langsung berdiri menyambar pegangan pintu dan masih dalam keadaan terkunci. “Nong woy!!” Teriak Gerald di telepon. “Iya 15 menit lagi jemputnya, gue shalat isya dulu.” Sahutnya. dia tutup telepon dan segera keluar dari kamar. A Khezia sedang bersila diruang depan kamar Vini sambil bermain HP. “A, tadi Gerald kadieu teu?” (A, tadi Gerald kesini ga?) Tanya Vini.
“Teu aya,” (Ga ada) jawab A Khezia tanpa berpaling dari HP nya. “Nu baleg?” (Yg bener?) Ujar Vini kembali berusaha meyakinkan. “Baleg ih, sadinten ieu teu aya tamu.” (beneran ih, seharian ini ga ada tamu) yakin A Khezia . Vini terdiam dan berusaha mengabaikann. Mungkin mereka lagi iseng.
Vini segera mengambil wudhu dan salat. Setelah selesai salat, dia bersiap-siap untuk segera pergi ke Lembang. Karena Lembang sangat dingin dan mereka pergi menggunakan motor, Vini memakai jaket yang paling tebal, tidak lupa syal rajut kesayangan warna pink.
Gerald sudah datang, mereka pun pergi menuju Lembang tanpa tau sesuatu sedang menunggu mereka. Motor yang mereka tumpangi berjalan pelan karena masih di dalam komplek perumahan.
Mereka tidak berbicara satu sama lain dan hanya sibuk dengan pikirannya masing-masing. Ketika mendekati sekolah SMA, Vini melihat seorang kakek berjalan pelan Vini terus memperhatikan kakek tersebut tanpa sadar. Kakek tersebut berada jauh dari motor mereka, posisinya di sebelah kanan jalan & berjalan membelakangi Vini dan Gerald. Semakin lama semakin mendekat, hingga di pertigaan SMA, kakek itu mengambil jalan ke kanan, persis seperti yang akan mereka lakukan.
Setelah kakek itu belok kanan, dalam hitungan dua detik mereka pun mengambil jalan yang sama dengan si kakek.
Tapi saat motor berbelok, tidak ada siapa-siapa di sana. Jalanan sepi, tidak ada satu orang pun pejalan kaki. Sontak Vini terkesiap otomatis mencari si kakek. Jalan komplek itu lurus tanpa ada belokan lain atau pun gang. Tidak mungkin kakek itu bersembunyi. Gerald menyadari kejanggalan gerak gerik ku. “Kunaon, Nong?” (Kenapa, Nong?) Tanya Gerald. “Tadi aya aki2 belok didieu saeuncan urang belok! Naha euweuh?” ucapnya. (Tadi ada kakek2 belok disini sebelum kita belok. Kenapa ga ada?) tanya Vini panik.
“Tong ngalamunlah! Euweuh sasaha titatadi ge!” (Jangan ngelamun! Ga ada siapa2 dari tadi juga!” Seru Gerald. Karena sudah mengalami kejadian aneh hari ini, Vini mulai terbiasa. Akhirnya dia mencoba membicarakan banyak hal dengan Gerald untuk menepis rasa takut sepanjang perjalanan. Jalan menuju Lembang saat itu masih banyak berupa pohon-pohon lebat di kanan kiri jalan. Saat itu, tepat di tanjakan sebelum Kafe yang akan mereka datangi, Vini melihat seekor kucing hitam melintas di tengah jalan dekat sekali dengan lintasan mereka. Tetapi Gerald sama sekali tidak memperlambat kecepatan motor. Reflek Vini menepuk pundak Gerald sambil berteriak.. “Rald!! Ucing!! Launan!!”(Rald!! kucing!! Pelanin!!) Teriak Vini sedikit tertahan sambil menunjuk-nunjuk kucing tersebut.
Tanpa babibu Gerald malah tancap gas membuat Vini sedikit terjengkang. “Cicing siah, Nong!! Euweuh nanaon!”(Diem kamu, Nong!! Ga ada apa2) Balas Gerald sewot. Vini kemudian bengong dan berbalik kebelakang melihat ke arah kucing tersebut duduk dan memang tidak ada apa-apa disana. Kosong, dan dia pun shock karena jelas-jelas kucing hitam tadi bukan halusinasi. Lanjut, mereka pun akhirnya sampai di Kafe. Mereka segera turun dan memilih saung dan kemudian memesan indomie keju kornet. Vini memesan teh manis panas, sedangkan Gerald memesan kopi. Sebenarnya, saat itu Vini masih gelisah karena kejadian terakhir. Tapi, mereka sudah sepakat tak mau membahas dan berusaha mencari topik obrolan lain.
Vini pun lupa karena larut dalam suasana malam yang dingin. Langit cerah berbintang ditemani minuman hangat rasanya nikmat sekali. Tak terasa waktu imsak datang, tanda mereka harus segera pulang agar bisa menunaikan salat subuh. Kami meminta bill, saat waitress datang menyerahkan bill, dia bertanya. “A, Teh, bade uih ayeuna leres?” (A, Teh, mau pulang sekarang ya?) tanyanya. “Iya A” Jawab Vini dan Gerald berbarengan. “Hemmm, yakin?” Sahutnya menyelidik. “Iya A biar keburu salat subuh” Gerald membalas. “Sok atuh, hati-hati nya dijalan” Ujarnya. “Iya A nuhunnya” (iya A makasih ya) Sahut Vini Mereka berjalan menuju kasir dan terjadi lagi percakapan yang serupa, kasir tersebut meminta Vini dan Gerald untuk berhati-hati.
Tanpa curiga, mereka pun membayar dan pergi ke parkiran. Tukang parkir menghampiri mereka. Dan tebak? Percakapan yang sama terulang lagi. Berujung tukang parkir tersebut meminta mereka untuk berhati-hati. Seketika Vini dan Gerald pun saling pandang, paham akan perasaan tidak enak yang sekarang mereka rasakan.
Dan ternyata.. beberapa kejadian yang Vini alami sebelum berangkat hanya ‘intro’. Kalau saja dia tidak cuek dan lebih memperhatikan tanda-tanda. Kalau saja Sarah tidak memaksakan pergi setelah mengalami dua kejadian pertama. Sarah dan Gerald tidak akan mengalami kejadian ini.
Salam hoki : PelangiQQ
WA : +6282287200335
Post a Comment